Ads 468x60px

Situs-Situs Tanda Cinta dan Amarah di Aceh


SAHABAT TRAVEL.INFO: Jika Anda berkunjung ke Banda Aceh, ada banyak situs-situs sejarah yang sayang jika dilewatkan. Sebagai sebuah situs, pembangunannya tentu saja diiringi cerita sejarah.

Aceh, dengan Sultan Iskandar Muda sebagai ikon kerajaan Aceh, terkenal sebagai sosok pemerintah yang adil oleh rakyatnya. Peninggalan sejarahnya, sangat banyak. Peninggalannya itu ada yang mengungkapkan cinta, begitu pula amarah.


Jejak-jejak tanda cinta dan amarah yang berkobar dalam diri Sultan yang membawa Aceh terkenal hingga ke penjuru dunia itu, bisa dilihat dari peninggalan situs yang masih tersisa hingga saat ini.

Sejarah mencatatkan betapa gagah perkasanya Sultan Iskandar Muda menyerang negeri Johor, Pahang, Malaysia yang ketahuan ‘bermain mata’ dengan Portugis. Usai mengalahkan negeri tersebut, Sultan membawa seluruh masyarakat Pahang dan Johor, termasuk perangkat kerajaannya, juga raja dan putra-putrinya.

Adalah Putri Kamarlilah, atau lebih dikenal sebagai Putro Phang (Putri Pahang), satu di antara rombongan yang diboyong Sultan Iskandar Muda. Putri Pahang ini kemudian dipersunting Sultan menjadi permaisurinya.


Sebagai tanda cinta Sultan, pada abad 17, dia membangun sebuah Gunongan atau Taman Sari atas permintaan sang putri. Taman tersebut, dibangun Sultan agar sang putri tidak kesepian jika ditinggalkan Sultan untuk menjalankan tugas kenegaraannya. Juga untuk menghibur sang putri yang kerap rindu kampung halamannya, Kota Pahang.





‘’Gunongan Putro Phang ini tempat bersenang-senang permaisuri Sultan Iskandar Muda. Selah dia mandi dan rambutnya dicuci oleh para dayang-dayang, dia akan naik ke gunongan untuk berjemur dan bersenang-senang,’’ ujar Ashari, petugas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Banda Aceh, beberapa waktu lalu.

Bangunan tersebut berbentuk persegi enam, menyerupai kelopak bunga yang bertingkat tiga. Tonggak utamanya berada di tengah-tengah seperti mahkota yang berdiri tegak. Warnanya yang putih bersih terlihat menyolok di tengah hamparan rumput hijau.

Untuk masuk ke dalam Gunongan tersebut, ada sebuah pintu besi setinggi satu meter di bagian bawah Gunongan. Karena bentuknya yang pendek itu, jika ingin masuk ke dalam, badan harus sedikit dibungkukkan. Setelah melewati pintu masuk, ada sebuah lorong yang menghubungkan lorong dengan tangga menuju ke tingkat tiga Gunongan.

Di sebelah Gunongan ada sebuah bangunan yang dinamai Kandang Baginda. Kandang Baginda adalah lokasi pemakaman keluarga Sultan Kerajaan Aceh. Salah satunya makam Sultan Iskandar Tsani, menantu Sultan Iskandar Muda.

Tak jauh dari lokasi Gunongan, terdapat pula situs penting dalam sejarah Aceh. Namun situs itu berlawanan makna dengan Gunongan. Itulah Kerkhof Peutjoet, sebuah kompleks pemakaman serdadu Belanda yang banyak tewas dalam perang Aceh.

Di kompleks makam Belanda itu, terdapat satu makam yang bentuknya berbeda dari yang lainnya. Makam itu adalah makam putra mahkota Poteu Cut Meurah Pupok. Dia adalah putra mahkota Sultan yang tadinya disiapkan untuk menggantikan Sultan. Namun akibat kesalahan yang dilakukannya, yakni melakukan tindakan asusila terhadap istri seorang panglima kerajaan, maka Meurah Pupok pun dibunuh sendiri oleh Sultan.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa Sultan Iskandar Muda sungguh tak pandang bulu dalam meneggakkan hukum. Tak cukup dengan memenggal leher anaknya, setelah meninggal, jenasah Meurah Pupok juga tidak diperbolehkan dikubur di kompleks makam kerajaan.

Sebelum eksekusi dilakukan Sultan terhadap putranya, beberapa pembesar kerajaan yang peduli terhadap kelangsungan kerajaan menemui Sultan Iskandar Muda dan memintanya agar membatalkan hukuman pancung tersebut. Mereka mengajukan berbagai usul seperti pengampunan atau cukup dengan mengasingkan putra mahkota ke negeri lain.

Namun usulan mereka ditolak oleh Sultan. Dengan marah Sultan mengatakan, sebagai orang yang menegakkan hukum, maka kepada suapapun yang bersalah, tidak terkecuali terhadap keluarganya sendiri, harus dihukum.

Dalam bahasa Aceh, Sultan mengucapkan kalimat yang bermakna: hilang anak masih ada kuburan yang bisa kita lihat, tetapi jika hukum dan adat yang hilang, hendak kemana kita mencarinya.

Situs sejarah ini, terletak di tengah kota Banda Aceh, tepatnya di Jalan Teuku Umar, Gampong Sukaramai, Blower. Lokasinya berdekatan dengan Museum Tsunami. Bahkan dari atas Museum Tsunami, makam Meurah Pupok terlihat jelas menonjol dan bentuknya lain dibanding jejeran makam serdadu Belanda yang ada di kompleks pemakaman tersebut.
Source: Republika.co.id.


0 komentar:

Post a Comment